IDEARIK

Kultur Slow Movement

Saat menulis Manifesto Mata Badai di tahun 2022, saya ingin perusahaan ini mengadopsi konsep Slow Company Movement. Ini sebenarnya agak aneh untuk sebuah startup.

Bayangkan saja, sebuah perusahaan baru, kecil, dan dengan modal terbatas, malah memilih untuk bergerak pelan.


Buat yang belum tahu, Slow Movement adalah sebuah gerakan yang dimulai tahun 1986. Ini dimulai ketika Carlo Petrini memprotes pembukaan McDonald's di Piazza di Spagna, Roma.

Slow Movement punya banyak cabang, seperti:

Dan masih banyak lagi. Inti dari gerakan ini sebenarnya satu: lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas.

Contohnya:

Daripada beli baju baru setiap bulan yang gampang rusak (fast fashion), lebih baik beli pakaian berkualitas yang bisa tahan 1-2 tahun atau lebih.


Kenapa Saya Tertarik dengan Slow Movement?

Pernah nggak sih kalian merasa selalu 'ketinggalan'? Entah itu berita terbaru, game baru, atau apa pun yang lagi hype. Padahal, sering kali hal-hal yang bikin kita merasa 'ketinggalan' itu sebenarnya nggak ada hubungannya atau nggak ada manfaatnya buat kita.

Rasanya semua orang pasti pernah ngerasain Fear of Missing Out (FOMO), apalagi di zaman sekarang, di mana media sosial udah kayak real-time banget.

Kalau ada orang yang ketinggalan berita, tren, atau kejadian tertentu, pasti dianggap aneh.

Nah, ini nih yang sering banget saya rasain.

Ada banyak berita dan tren yang sebenarnya nggak ada hubungannya sama saya, atau bahkan saya nggak tertarik, tapi kalau nggak ngikutin, rasanya ada yang kurang.

Kalau kita telusuri lebih jauh, semua ini ada hubungannya sama cara kita mengonsumsi berita dan informasi.

Cara Kita Mengonsumsi Berita

Dulu, berita atau update cuma bisa didapat lewat surat kabar, TV, atau radio, yang jelas nggak real-time.

Sekarang, dengan adanya media online dan maraknya citizen journalism, hampir setiap kejadian bisa langsung kita tahu.

Cara Kita Menanggapi Berita

Dulu, berita di koran dan TV cuma bisa kita 'konsumsi'. Sekarang, kita bisa ikut 'nimbrung' di berita itu dengan komentar.

Cara Berita Disebarkan ke Kita

Terakhir, distribusi berita dan informasi sekarang juga beda. Dulu, informasi dan berita disebarkan secara 'umum'. Semua orang dapat info yang sama dari satu sumber utama, walaupun disebarkan oleh berbagai outlet seperti TV, radio, atau koran.

Sekarang, distribusi berita diatur algoritma yang fokus ke personalisasi. Jadi, informasi yang didapat satu orang bisa beda dari yang didapat orang lain, tergantung bagaimana mereka merespons berita sebelumnya.

Algoritma inilah yang kadang bikin satu kubu bisa bilang kubu lain nyebarin hoax, padahal mungkin keduanya ngomong fakta.

Kenapa? Karena berita atau informasi yang sampai ke setiap orang berbeda.


Inilah yang bikin saya pengen mempopulerkan kultur Slow Journalism di Indonesia.

Slow Journalism adalah bagian dari Slow Movement yang berfokus pada berita dan media yang lebih 'pelan', yang ngangkat hal-hal yang sering terabaikan oleh media arus utama.

Tapi yang lebih penting adalah menyampaikan sesuatu yang 'selesai'.

#jurnal